Jumat, 24 Januari 2014

Laporan bioteknologi kultur jaringan anggrek



TUGAS BIOLOGI
BIOTEKNOLOGI PADA BIDANG KEHUTANAN
(Kultur Jaringan Anggrek)
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Nama : Vita Sari Purba
Kelas  : XII Cendana


SMK KEHUTANAN NEGERI PEKANBARU
T.A 2013/2014
Kultur Jaringan pada Anggrek
(Hasil hutan non kayu)
Anggrek merupakan salah satu tanaman hias yang sering di budidayakan untuk dinikmati keindahan dan kecantikan bunganya. Semakin berkembangnya teknologi, maka semakin banyak pula jenis dan spesies anggrek yang baru sebab banyak ahli yang berusaha mempersilangkan antara anggrek satu dengan anggrek yang lainnya sehingga dihasilkan tanaman anggrek spesies jenis baru. Terdapat berbagai jenis tanaman anggrek dengan karakteristik-karakteristik keunikan yang dapat memikat indera penglihatan kita. Tak heran jika banyak orang menjadi penggemar anggrek.
anggrek 2       anggrek 1
Pembudidayaan tanaman anggrek cukup gampang-gampang susah. Teknik pengembangbiakan anggrek menggunakan teknik kultur jaringan.
Kultur jaringan adalah salah satu contoh perkembangbiakan vegetatif. Kultur jaringan merupakan salah satu teknik pemanfaatan totipotensi. Totipotensi merupakan kemampuan suatu sel pada setiap organ untuk berpotensi tumbuh dan berkembang menjadi individu baru . Kultur jaringan ialah teknik perbanyakan tanaman melalui pengisolasian sel bagian tanaman (daun, akar, batang, maupun mata tunas) untuk ditumbuhkan disuatu media buatan  yang telah diberi nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam suatu tempat (botol) tertutup yang tembus cahaya.  Jadi, prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril.
a12
Kultur jaringan pada anggrek biasanya dengan mengambil bagian daun atau akar anggrek, yang kemudian di tanam pada botol tertutup yang berisi media tanam berupa agar yang telah diberi berbagai nitrisi hormon pertumbuhan dan perkembangan.
Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan adalah
1.      Pembuatan media
a.       Alat yang digunakan untuk pembuatan media kultur adalah sebagai berikut:
a)      gelas beker ukuran 1000mL (1 L)
b)      heat-stirrer 1 unit
c)      batang magnet 1 unit
d)     mikropipet (micropipette)
e)      pH meter
f)       pH universal indicator
b.      Bahan yang digunakan untuk pembuatan media kultur tanaman terong adalah sebagai berikut.
a)      akuades (didapat dari destilasi air)
b)      unsur makro 20 mL
c)      unsur mikro 10 mL
d)     vitamin 0.5 mL
e)      gula pasir 30 gr
f)       agar bubuk 4 gr
g)      BAP 6 mL
h)      IBA 5 mL
c.       Langkah kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut.
a)      masukkan sekitar 200 mL akuades ke dalam gelas beker, lalu letakkan magnet batang di dalambeker berisi air.
b)      nyalakan stirrer, lalu bekert berisi air dan sebuah magnet batang diletakkan di atas stirrer sehingga magnet batang ikut berputar mengaduk cairan dalam beker. Kecepatan stirrer bisa diatur, bergantung kondisi yang diinginkan.
c)      ke dalam beker, ditambahkan unsur makro, unsur mikro, dan vitamin. Biarkan tercampur secara merata sambil diaduk oleh magnet batang yang ada dalam beker.
d)     selanjutnya, ditempelkan selembar pH universal indicator pada dinding beker agar pH larutan bisa dijaga dalam keadaan relatif netral, yaitu minimal 5,8 dan maksimal 6. Jika pH nya rendah, bisa dinaikkan dengan penambahan KOH (basa). Tapi jika pH nya tinggi, diturunkan menggunakan HCl (asam). Kenapa bukan NaOH? NaOH dikhawatirkan menimbulkan cekaman salin dalam media ketika sudah bercampur dengan bahan lain, misalnya NaOH.
e)      setelah itu, ditambahkan akuades hingga volume larutan dalam beker mencapai 1 L.
f)       ditambahkan agar bubuk 4 gr, lalu heater dinyalakan.
g)      Pengadukan terus menerus terjadi karena heater-stirrer terus bekerja. Larutan media ini dibiarkan panas sambil diaduk secara otomatis.
h)      Setelah mendidih, larutan media dipindahkan ke dalam botol kultur yang sudah disterilisasi.
i)        Skala untuk stir biasanya berkisar antara 7-8, dan heater sekitar 8-9. Selain itu, peneraan pH sangat penting mengingat kita akan menumbuhkan bagian tanaman yang sensitif dengan kondisi lingkungan.

2.      Inisiasi (pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikulturkan),
3.      Sterilisasi,
4.      Multiplikasi (kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan pada media),
5.      Pengakaran, dan kemudian mengeluarkan calon tanaman dari tempat sterilisasi tersebut.  Pengeluaran ini harus dilakukan dengan hati-hati dan harus segera di tempatkan ditempat yang aman sebab individu baru ini (bibit) masih sangat rentan terhadap hama dan penyakit tanaman. Setelah dirasa bibit baru telah mampu untuk beradaptasi dengan lingkungannya, maka bibit tersebut sudah dapat dipindahkan ke tempat luar atau bersinggungan langsung dengan udara luar.
Gambar-2.16-Contoh-langkah-kultur-jaringan-pada-tanaman-wortel




DAMPAK KULTUR JARINGAN
1.       Dampak positif Kultur jaringan :
a.       mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat, dan mempunyai sifat seperti induknya
b.      Pelaksanaannya Tidak membutuhkan tempat yang luas,
c.       kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin,
d.      kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional
2.       Dampak negatif Kultur Jaringan :
a.       Bibit yang dihasilkan mempunyai perakaran yang tidak kuat
b.      Mempersempit lapangan kerja pembibitan secara konvensional.
c.       Dapat berakibat hilangnya plasma nutfak dari tanaman tertentu.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBpN9s7F0PYWO4XqK-O-L6hKVyaEbiPQmS0cu3zzOO7E62WB-Y3BjCdFHBH6cDJNAJ42OeGHwJj7zTp8gWyFrTWdgQILc2b1Udd-NHzE4Q4OLmhgjBOaSuo4eTzoSGYNUMhbYBC061WNc/s1600/a12.jpg
 



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQAopErufyx9yfhOf7gzsP1VbAbrjDh5y56ZDe2thJwLyuN1Fvj41bjb736rJa-wfPX_gPZiND6vp1vGmuaOKojVHxgAjF0Wtb5S0NZLo7jE1h_vZqgqqMU5P0bL1jBpawL79WRBLhI1BH/s1600/dendrobium.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar