TUGAS BIOLOGI
BIOTEKNOLOGI PADA BIDANG KEHUTANAN
(Kultur Jaringan Anggrek)
(Kultur Jaringan Anggrek)
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Nama : Vita Sari Purba
Kelas : XII Cendana
SMK KEHUTANAN NEGERI PEKANBARU
T.A 2013/2014
Kultur
Jaringan pada Anggrek
(Hasil hutan
non kayu)
Anggrek merupakan
salah satu tanaman hias yang sering di budidayakan untuk dinikmati keindahan
dan kecantikan bunganya. Semakin berkembangnya teknologi, maka semakin banyak
pula jenis dan spesies anggrek yang baru sebab banyak ahli yang berusaha
mempersilangkan antara anggrek satu dengan anggrek yang lainnya sehingga
dihasilkan tanaman anggrek spesies jenis baru. Terdapat berbagai jenis tanaman
anggrek dengan karakteristik-karakteristik keunikan yang dapat memikat indera
penglihatan kita. Tak heran jika banyak orang menjadi penggemar anggrek.
Pembudidayaan
tanaman anggrek cukup gampang-gampang susah. Teknik pengembangbiakan anggrek
menggunakan teknik kultur jaringan.
Kultur
jaringan adalah salah satu contoh perkembangbiakan vegetatif. Kultur jaringan
merupakan salah satu teknik pemanfaatan totipotensi. Totipotensi merupakan
kemampuan suatu sel pada setiap organ untuk berpotensi tumbuh dan berkembang
menjadi individu baru . Kultur jaringan ialah teknik perbanyakan tanaman
melalui pengisolasian sel bagian tanaman (daun, akar, batang, maupun mata
tunas) untuk ditumbuhkan disuatu media buatan yang telah diberi nutrisi
dan zat pengatur tumbuh dalam suatu tempat (botol) tertutup yang tembus cahaya.
Jadi, prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman
dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang
dilakukan di tempat steril.
Kultur
jaringan pada anggrek biasanya dengan mengambil bagian daun atau akar anggrek,
yang kemudian di tanam pada botol tertutup yang berisi media tanam berupa agar
yang telah diberi berbagai nitrisi hormon pertumbuhan dan perkembangan.
Tahapan yang
dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan adalah
1. Pembuatan media
a. Alat yang digunakan untuk pembuatan
media kultur adalah sebagai berikut:
a) gelas beker ukuran 1000mL (1 L)
b) heat-stirrer 1 unit
c) batang magnet 1 unit
d) mikropipet (micropipette)
e) pH meter
f) pH universal indicator
b. Bahan yang digunakan untuk pembuatan
media kultur tanaman terong adalah sebagai berikut.
a) akuades (didapat dari destilasi air)
b) unsur makro 20 mL
c) unsur mikro 10 mL
d) vitamin 0.5 mL
e) gula pasir 30 gr
f) agar bubuk 4 gr
g) BAP 6 mL
h) IBA 5 mL
c. Langkah kerja yang dilakukan adalah
sebagai berikut.
a) masukkan sekitar 200 mL akuades ke
dalam gelas beker, lalu letakkan magnet batang di dalambeker berisi air.
b) nyalakan stirrer, lalu bekert berisi
air dan sebuah magnet batang diletakkan di atas stirrer sehingga magnet batang
ikut berputar mengaduk cairan dalam beker. Kecepatan stirrer bisa diatur,
bergantung kondisi yang diinginkan.
c) ke dalam beker, ditambahkan unsur
makro, unsur mikro, dan vitamin. Biarkan tercampur secara merata sambil diaduk
oleh magnet batang yang ada dalam beker.
d) selanjutnya, ditempelkan selembar pH
universal indicator pada dinding beker agar pH larutan bisa dijaga dalam
keadaan relatif netral, yaitu minimal 5,8 dan maksimal 6. Jika pH nya rendah,
bisa dinaikkan dengan penambahan KOH (basa). Tapi jika pH nya tinggi,
diturunkan menggunakan HCl (asam). Kenapa bukan NaOH? NaOH dikhawatirkan
menimbulkan cekaman salin dalam media ketika sudah bercampur dengan bahan lain,
misalnya NaOH.
e) setelah itu, ditambahkan akuades
hingga volume larutan dalam beker mencapai 1 L.
f) ditambahkan agar bubuk 4 gr, lalu
heater dinyalakan.
g) Pengadukan terus menerus terjadi
karena heater-stirrer terus bekerja. Larutan media ini dibiarkan panas sambil
diaduk secara otomatis.
h) Setelah mendidih, larutan media
dipindahkan ke dalam botol kultur yang sudah disterilisasi.
i)
Skala untuk
stir biasanya berkisar antara 7-8, dan heater sekitar 8-9. Selain itu, peneraan
pH sangat penting mengingat kita akan menumbuhkan bagian tanaman yang sensitif
dengan kondisi lingkungan.
2. Inisiasi (pengambilan eksplan dari
bagian tanaman yang akan dikulturkan),
3. Sterilisasi,
4. Multiplikasi (kegiatan memperbanyak
calon tanaman dengan menanam eksplan pada media),
5. Pengakaran, dan kemudian
mengeluarkan calon tanaman dari tempat sterilisasi tersebut. Pengeluaran
ini harus dilakukan dengan hati-hati dan harus segera di tempatkan ditempat
yang aman sebab individu baru ini (bibit) masih sangat rentan terhadap hama dan
penyakit tanaman. Setelah dirasa bibit baru telah mampu untuk beradaptasi
dengan lingkungannya, maka bibit tersebut sudah dapat dipindahkan ke tempat
luar atau bersinggungan langsung dengan udara luar.
DAMPAK
KULTUR JARINGAN
1. Dampak positif
Kultur jaringan :
a. mampu
menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat, dan mempunyai
sifat seperti induknya
b. Pelaksanaannya
Tidak membutuhkan tempat yang luas,
c. kesehatan dan
mutu bibit lebih terjamin,
d. kecepatan tumbuh
bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional
2. Dampak negatif
Kultur Jaringan :
a. Bibit yang
dihasilkan mempunyai perakaran yang tidak kuat
b. Mempersempit
lapangan kerja pembibitan secara konvensional.
c. Dapat berakibat
hilangnya plasma nutfak dari tanaman tertentu.
![https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBpN9s7F0PYWO4XqK-O-L6hKVyaEbiPQmS0cu3zzOO7E62WB-Y3BjCdFHBH6cDJNAJ42OeGHwJj7zTp8gWyFrTWdgQILc2b1Udd-NHzE4Q4OLmhgjBOaSuo4eTzoSGYNUMhbYBC061WNc/s1600/a12.jpg](file:///C:\Users\SMKNKE~1\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image006.jpg)
![](file:///C:\Users\SMKNKE~1\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image007.gif)
![https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQAopErufyx9yfhOf7gzsP1VbAbrjDh5y56ZDe2thJwLyuN1Fvj41bjb736rJa-wfPX_gPZiND6vp1vGmuaOKojVHxgAjF0Wtb5S0NZLo7jE1h_vZqgqqMU5P0bL1jBpawL79WRBLhI1BH/s1600/dendrobium.jpg](file:///C:\Users\SMKNKE~1\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image009.jpg)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar